MENGENAL SENI TATO DALAM TRADISI BUDAYA SUKU DAYAK KAYAN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Photo : Puidoh "Long Ing"
TATO SEBAGAI IDENTITAS DAN PEMBEDA STATUS SOSIAL DALAM KEHIDUPAN BERDASARKAN TRADISI BUDAYA SUKU DAYAK KAYAN UMAQ LEKAN
Tato sudah tidak asing lagi di kenal dalam
kehidupan semua suku dayak di Pulau
Borneo, dan itu sudah menjadi sebuah ciri has orang dayak dari zaman ke zaman
dan memiliki arti yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi masing-masing sub
suku dayak yang ada di Pulau Borneo.
Tapi dalam kesempatan ini kita akan mencoba untuk mengupas tentang sejarah dan arti Tato bagi Suku Dayak Kayan secara empiris dalam suatu penjelasan yang mudah dapat kita mengerti, karena hal ini perlu di ketahui dan di pahami oleh semua orang dan terlebih terhadap Generasi –generasi Muda Suku Dayak Kayan secara khusus, agar semua bisa mengetahui dan memahami tentang Sejarah Tradisi Budaya Suku Dayak Kayan sejak masa lampau.
Dalam Bahasa Kayan Tato di sebut dengan nama Tedak yang artinya sebuah tanda yang di buat dengan memasukan pigmen berwarna hitam kedalam kulit manusia dengan cara di rajah membetuk sebuah lukisan gambar yang menjadi sebuah identitas Etnik yang juga merupakan suatu gambaran penting untuk mengetahui status sosial dalam kehidupan tradisi budaya adat suku dayak kayan.
Pembuatan Seni Tato dalam tradisi budaya adat suku dayak kayan lakukan dengan cara merajah bagian kulit tubuh Wanita Suku Dayak Kayan yaitu mulai umur memasuki usia remaja, dan itu merupakan suatu hal yang wajib di lakukan menurut tradisi adat suku dayak kayan yang memaksa setiap wanita suku dayak kayan harus memiliki tato karena hal itu merupakan salah satu syarat utama bagi para wanita suku dayak kayan untuk dapat melakukan ritual adat parkawinan untuk mendapatkan keturunan, oleh karena itu pada zaman dahulu setiap wanita suku dayak kayan yang tidak memiliki tato pada tubuhnya tidak akan pernah mendapatkan pasangan hidup dan memiliki keturunan sepanjang hidupnya.
Setiap motif atau gambar tato yang di rajah pada kulit bagian tubuh suku dayak kayan pada hakikatnya memiliki aturan-aturannya tersendiri yang perlu di perhatikan dan di patuhi berdasarkan standar kasta atau status sosial suatu golongan tertentu sebagaimana telah berlaku dan telah menjadi sebuah tradisi adat dalam kehidupan sosial suku dayak kayan secara turun temurun.
Gambar Tato biasanya dapat kita lihat dari sekujur ujung kedua kaki hingga pangkal paha, dan dari ujung jari kedua tangan hingga lengan bawah batas siku tangan yang di penuhi dengan gambar tato, sedangkan yang membedakan status sosialnya adalah kita dapat melihat beberapa gambar tato pada bagian tubuh wanita dayak kayan lainnya hanya terdapat pada telapak kaki atas hingga bawah lutut kaki dan tidak sampai pangkal paha, kecuali yang terdapat pada kedua tangan semuanya sama dari jemari hingga lengan bawah batas siku tangan para wanita suku dayak kayan.
Suatu hal yang sangat menarik dari gambar tato yang sering kita lihat pada bagian tubuh wanita suku dayak kayan jika di lihat dari jarak jauh maka yang tampak hanya berupa gambar guratan berwarna hitam biasa yang tidak bermotif dan menutupi warna kulit asli dari bagian tubuh swanita suku dayak kayan, akan tetapi jika kita mencermati gambar tato pada pada kaki dan tangan pemilik tato secara detail pada posisi jarak yang sangat dekat maka kita akan dapat melihat bahwa sebetulnya pada tato tersebut terdapat gambar-gambar ukiran kecil bermotif Kalung Asoq yang sangat halus dan unik dengan presisi lukisan yang sangat rapi yang telah menjadi ciri has dari tato itu sendiri, sehingga dapat kita simpulkan bahwa pengerjaan rajah gambar tato ini sesungguhnya merupakan suatu pengerjaan yang sangat rumit sehingga tidak semua orang bisa melakukannya dan hal itu hanya dapat dilakukan atau di kerjakan oleh orang – orang tertentu yang telah berpengalaman dan betul-betul mengerti cara pengerjaannya serta memahami arti-arti yang terdapat pada gambar tato tersebut sesuai dengan status sosialnya masing - masing.
Proses pengerjaan atau merajah gambar tato pada kulit bagian tubuh para wanita suku dayak kayan biasanya memakan waktu yang cukup lama hingga berbulan – bulan tergantung pada tingkat kerumitan dan ukuran tatonya yang di buat sesuai dengan standar status sosialnya masing – masing.
Sedangkan untuk pekerjaan merajah sebelah kaki saja
bisa memakan waktu sampai satu minggu terhitung dari pengerjaan ujung kaki sampai pangkal paha dan di tambah
waktu yang di perlukan untuk fase penyembuhan luka pada kulit setelah di rajah yang bisa
memakan waktu hingga satu bulan sampai kering dan sembuh total, maka dapat kita
bayangkan berapa waktu yang di perlukan untuk dapat menyelesaikan pengerjaan
semua tato ini yang memenuhi setiap sisi kedua kaki dan lengan tangan satu
orang wanita suku dayak kayan dalam proses pengerjaannya.
Oleh sebab itu tak jarang wanita yang di tato bisa
saja meriang kesakitan sampai demam karena terjadi pembengkakan pada kulit setelah
bagian tubuhnya di rajah dengan benda tajam berbentuk jarum kecil sebagai alat
utama yang di pakai dalam pengerjaan tato tersebut, dan dalam hal lain pola
makan termasuk kegiatan sehari – hari mereka setelah di rajah akan di jaga dan
di batasi untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat fase penyembuhan
dengan lebih banyak mengkonsumsi obat-obatan herbal yang di ambil dari hutan.
Pigmen warna hitam yang di olah dalam pembuatan tato tersebut terbuat dari arang dari jenis kayu tertentu yang telah di bakar dan di haluskan kemudian di campur dengan getah kayu yang juga di ambil dari jenis pohon kayu tertentu, selanjutnya jarum yang di pakai adalah terbuat dari bagian kulit luar yang keras dari jenis Pohon Enau atau dalam bahasa kayan di sebut dengan nama Duling Nangaq yang di raut sangat halus dengan ujung yang runcing dan sangat tajam, dan pada bagian ujungnya di lilit dengan helai tali halus yang terbuat dari serat pelepah pohon buah nanas untuk meresap pigmen warna hitam sekaligus sebagai pengukur kedalaman jarum yang akan menembus kulit ketika kulit akan dirajah.
Jarum yang telah di buat biasanya akan di ikat lagi
pada ujung sebuah stik kayu berukuran
kurang lebih sekitar satu jengkal dengan diameter seukuran jari telunjuk tangan
dan membentuk siku atau huruf “L” yang di lengkapi dengan stik kayu pemukul yang juga
berukuran sekitar satu jengkal dengan diameter seukuran jari telunjuk tangan
manusia dan itulah peralatan sederhana yang di pakai dalam proses pembuatan
tato suku dayak kayan.
Dalam realita kehidupan suku dayak kayan yang banyak kita temui terdapat hal yang tampak berbeda dan berbanding terbalik dalam tradisi pembuatan tato ini, yaitu antara Pria dan Wanita Suku Dayak Kayan karena pada umumnya tato yang banyak memenuhi bagian tubuh hanya terdapat pada wanita saja, dan justru pada bagian tubuh Pria Suku Dayak Kayan tidak di jumpai tato yang bengitu banyak memenuhuhi bagian tubuh mereka seperti para wanita suku dayak kayan.
Secara umum kita dapat melihat gambar – gambar tato pada kaum Pria Suku Dayak Kayan yang pernah kita jumpai yaitu bermotif gambar Matahari atau dalam bahasa kayan di sebut dengan “Tedak Matan Daw” yang terletak di tengah antara pergelangan tangan kanan dan lipatan siku tangan kanan sebelah dalam berwarna hitam, sebagian lagi terdapat di bagian kedua sisi paha kaki bagian luar dengan motif gambar “Kalung Asoq”, serta leher terdapat motif gambar “Kalung Nubuq”, dan itupun tidak banyak di antara mereka yang memilikinya karena hanya orang – orang tertentu dari garis keturunan mereka saja yang berhak memilikinya.
Namun terkadang kita juga menjumpai ada terdapat gambar tato pada tubuh Pria Suku Dayak Kayan yang memang bukan ciri has dari tradisi adat suku dayak kayan, seperti motif gambar “Bunga Terong” atau dalam bahasa kayan di sebut dengan nama “Tedak Pideang Langhung”.
Untuk kita ketahui bahwa jika ada pria dayak kayan yang memiliki tato bunga terong pada tubuhnya dan biasanya gambar itu terletak presisi di antara kedua sisi dada atas mereka, sebetulnya itu adalah sebuah penghargaan dari sebuah perjalan ke barat yang di berikan oleh kerabat dari Suku Dayak Iban, jadi bukan identitas diri dari suku dayak kayan itu sendiri secara harfiah.
Demikian pula sebaliknya sebagian orang dari suku
dayak iban ada juga yang memiliki tato dengan motif Kalung Asoq di kedua sisi
paha mereka, itu juga merupakan sebuah penghargaan dari suku dayak kayan ketika
suku dayak iban datang dalam perjalanan ke utara.
Jadi dapat di simpulkan bahwa tato bunga terong
pada tubuh Pria Suku Dayak Kayan lebih identik di artikan sebagai sebuah tanda
pengenal yang menjadi akses dalam hubungan sosial antara kedua suku pada masa
itu.
Demikian beberapa hal yang dapat di jelaskan tentang Seni Budaya Tato dalam Tradisi Adat Suku Dayak Kayan kali ini, kiranya hal ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua terlebih kepada generasi – generasi muda dayak di Pulau Kalimantan secara umum dan Generasi Muda Suku Dayak kayan secara khusus untuk dapat lebih mengenal dan mampu memahami tentang semua sejarah dari tradisi budaya berdasarkan adat istiadat yang terdapat di Pulau Borneo.
Salam Budaya,
Oleh : Yusni Sofian
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar